Anak berkebutuhan khusus
Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakanbahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.
Mempersiapkan pendidikan anak berkebutuhan khusus :
1. Ciptakan lingkungan keluarga yang hangat, terbuka,
komunikatif, sehingga anak merasa diterima oleh orang tua dan
saudara-saudaranya. Sesering mungkin mengajak anak berdialog (tanya-jawab)
untuk melatih kemampuan mengungkapkan keinginan atau pikirannya. Orang tuapun
dapat lebih memahami anaknya. Mengetahui minat, kelebihan-kelebihannya,
perasaan dan harapan mereka. Persdssn aman penting untuk mereka (cenderung
rendah diri) menumbuhkan rasa percaya diri yang mendorongnya maju dan bersikap
positif.
2. Dibutuhkan keteraturan dan kemantapan bentuk pelatihan
agar anak memiliki kepercayaan yang kokoh pada diri sendiri maupun orang lain.
Adanya prinsip yang teguh membuat anak berani dan tidak mudah
diombang-ambingkan saat menghadapi situasi baru. Orang tua harus teguh
mempertahankan hal yang dipandang baik, setia pada komitmen yang sudah dipilih.
Misal, jika orang tua sepakat mendidik anak mandiri, maka jangan ada keraguan
(perasaan “tidak tega”) jika melihat anak tertatih-tatih belajar melakukan
tugasnya sendiri. Orang tua yang bimbang kadang-kadang memberi bantuan, di saat
lain (kesal, lelah) membiarkan anak mencoba sendiri ketidakteraturan ini
menciptakan keraguan anak, ia merasa tidak perlu mandiri. Anak harus diyakinkan
bahwa melatihnya mandiri bukan berarti ia tidak di sayang orang tuanya.
Apa sebaiknya yang dilakukan orang tua dengan anak
berkebutuhan khusus?
1. Menerima kelemahan anak dan mengatasinya sedini mungkin
dengan memberi banyak rangsangan pada kemampuan lain yang bisa difungsikan
menjadi kekuatannya.
2. Sering memberi kesempatan anak bersosialisasi, dan
berkomunikasi dengan sebaya untuk mengekspresikan perasaan maupun emosinya.
3. Melatih gerak tubuh melalui permainan, percakapan drama.
Tujuan untuk mencapai keselarasan antara pengamatan, panca indera yang
berfungsi dan ekspresi verbal atau fisik.
4. Ajarkan anak peran dan tingkah laku yang diterima
masyarakat, seperti tanggung jawab, mandiri, ramah.
5. Ajarkan nilai-nilai kemanusiaan (tolong-menolong,
kejujuran, sportif, toleran) yang dapat dijadikan prinsip dalam dirinya dalam
mengambil keputusan, jika ia memiliki prinsip yang kokoh maka ia tidak mudah
dipengaruhi atau ditekan orang lain.
6. Ajarkan anak menyelesaikan masalah. Orang tua jangan
mudah menyerah atau bahkan memaksanya. Berikan penjelasan dengan sabar sampai
ia dapat memahaminya.
7. Ajarkan anak terlibat dalam kegiatan sosial di
sekitarnya. Misal: kerja bakti, mengikuti kegiatan di mesjid, gereja, wihara,
atau karang taruna; silaturahmi dengan tetangga.
8. Tumbuhkan terus rasa harga diri anak. Yaitu dengan
memberi perhatian terus menerus, menerima anak apa adanya, menghargai hasil dan
usaha anak. Bersikaplah tegas, tidak keras tetapi hangat. Anak yang merasa
kebutuhannya diperhatikan orang tua akan lebih siap menerima dan menghargai apa
yang dikatakan dan diajarkan orang tuanya.
9. Ajar anak menuangkan isi hati dan pikiran ke dalam buku
harian, membuat surat, puisi, lagu atau menggambar, siapa tahu ia berbakat.
10. Ajarka anak mencintai alam melalui kegiatan yang sesuai
dengan keterbatasannya misal: memelihara binatang; koleksi perangko atau gambar
tentang alam; membuat diorama mini dari serangga, kulit kerang, bebatuan atau
jika memungkinkan sesekali berpetualang di taman atau hutan dekat rumah. Usaha
ini dapat mengarahkan anak menemukan hobinya.
11. Kecerdasan anak harus dirangsang berkembang maksimal.
Jika perlu bekerjasama dengan guru atau seorang ahli.
Beberapa hal penting yang perlu diajarkan pada anak
berkebutuhan khusus :
- Anak lumpuh memiliki kesulitan gerak sehingga perlu
diajarkan dan dijaga agar anak terhindar dari situasi yang membahayakan jiwa
anak
- Untuk memberikan kebebasan bergerak, anak tunanetra perlu
diajarkan mengenal lingkungan dan gerak untuk memahami posisi dirinya maupun
benda di sekitarnya. Ajarkan penggunaan alat bantu seperti tongkat, anjing
pembantu, dan lain-lain.
- Bagi anak retardasi mental, ajarkan kemampuan menangkap
pembicaraan atau masalah, juga cara mengekspresikan pikiran dan keinginannya.
Mereka memiliki daya tangkap yang lemah jadi perlu kesabaran mengajarinya
melalui cerita ajarkan mereka disiplin atau keteraturan.
Anak tunarungu memiliki cara berpikir seperti anak normal,
hanya saja mereka mendengar dengan mata dan perasaan. Jadi harus dilatih
kemampuan berkomunikasi efektif, membaca bibir, bahasa isyarat atau gabungan
keduanya. Orang tua harus ekpresif jika mengutarakan sesuatu agar anak bisa
membaca apa yang dikatakan atau dimaksud orang lain. Gugah minatnya untuk
menggunakan indera lainnya (lihat, dengar, cium, raba), sehingga mereka
memiliki kemampuan menyampaikan dengan cara lain untuk menyampaikan sesuatu.
Bagi anak tunarungu kondisi penerangan ruang perlu diperhatikan sebab mereka
belajar hanya dari apa yang dapat dilihatnya saja.
No comments:
Post a Comment